“Halo pak polisi, halo pak polisi!!!”

Itulah kesan pertama ketika kami sampai di TK Assalam Kota Bandung. Kami yang datang menggunakan seragam harian warna coklat muda lengkap dengan atribut pangkat sekilas memang mirip dengan pakaian dinas kepolisian. Namun kali ini yang dibawa bukan pistol, melainkan perlengkapan penyuluhan tentang nyamuk dan pemilahan sampah. Mikroskop, awetan nyamuk, gambar-gambar sampah, tempat sampah organik dan anorganik disiapkan untuk memudahkan anak-anak memahami materi penyuluhan pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan pemilahan sampah untuk anak sekolah. Kami juga menyiapkan video bahan persentasi dan hadiah yang menarik agar anak tidak bosan dan menambah antusias pada saat kegiatan berjalan.

Penyuluhan di TK dan SD Assalam kota Bandung yang berlangsung pada tanggal 12 September 2024 merupakan bentuk kerja sama antara Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Bandung dan Yayasan Assalam didukung oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman pencegahan penyakit DBD melalui pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti. Materi kedua tentang pemilahan sampah bertujuan untuk memberikan keterampilan anak dalam memdedakan sampah organik dan sampah anorganik dan mampu memilah sesuai dengan jenisnya.

Penyakit DBD masih menjadi penyakit yang banyak diderita khususnya pada usia anak-anak. Kementerian Kesehatan RI mencatat pada tahun 2023 jumlah kasus penyakit DBD ditemukan sebanyak 114.000 kasus dengan jumlah kematian 894 orang. Pada tahun 2024, kasus DBD mengalami lonjakan kasus. Data per 4 September 2024 saja sudah ada 186.000 kasus dengan kematian 1.120 orang. Kejadian penyakit DBD di Kota Bandung cukup memprihatinkan. Pada tahun 2023 ditemukan sebanyak 1.281 kasus dan per 4 september 2024 ini sebanyak 6.632 kasus. Hal ini menjadikan Kota Bandung sebagai Kabupaten/ Kota dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia selama 2 tahun terakhir.

Pencegahan penyakit DBD menjadi sebuah keniscayaan jika tidak ingin Kota Bandung terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Pengendalian vektor nyamuk dengan pemberantasan sarang nyamuk tepat dilakukan terutama di sekolah-sekolah. Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes sp. Nyamuk Aedes sp. menghisap darah pada pagi hari dimana pada jam tersebut siswa sedang berada di sekolah. Jika pemberantasan sarang nyamuk berjalan tiap minggu di tiap sekolah maka kasus DBD dapat dicegah.

Penyuluhan ini memberikan pemahaman dan praktek pemberantasan sarang nyamuk bagi siswa. Siswa dapat mengenal jenis nyamuk Aedes sp. dewasa dan fase jentik/larva melalui awetan yang sudah dibuat yang diletakkan di miskroskop. Kepolosan dan kelucuan anak usia TK menambah keseruan terutama ketika melihat nyamuk dewasa dan jentik nyamuk yang diperbesar di mikroskop. “Wow ada monster !!!”. “Kok serem banget pak !!!” celotehan anak-anak selepas melihat lensa miskroskop. Berbeda lagi dengan siswa SD yang antusias mencari jentik nyamuk di area sekolah. Mereka bergegas mencari perindukan nyamuk karena dijanjikan mendapat hadiah jika berhasil menemukan dan menunjukkan jentik Aedes sp. Benar saja, anak-anak berhasil menemukan dan kemudian menunjukkan kepada tim penyuluh BKK Bandung untuk ditukar dengan hadiah yang sudah disiapkan.

Siswa TK ada tambahan penyuluhan pemilahan sampah dan simulasi membedakan sampah organik dan anorganik. Hasilnya semua siswa mampu meletakkan sampah dengan benar sesuai dengan jenisnya. Kegiatan penyuluhan diakhiri dengan praktek pemberantasan sarang nyamuk dan larvasida di lingkungan sekolah TK dan SD Assalam Kota Bandung.

Narator: Sira Elko, SKM

advanced-floating-content-close-btn