Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan sakit ke manusia. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian, sehingga kita harus segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika menunjukkan gejala-gejala leptospirosis.

Leptospirosis dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan urin atau darah hewan yang terinfeksi, atau melalui air atau tanah yang terkontaminasi. Hewan yang dapat menularkan leptospirosis di antaranya tikus, anjing, sapi, babi, dan kuda. Gejala penyakit leptospirosis yang dapat dirasakan oleh pasien yang terjangkit, diantaranya adalah: demam mendadak, lemah, mata merah, kekuningan pada kulit, sakit kepala, dan nyeri otot betis.

Pada tanggal 4 s.d. 5 November 2024, BKK Kelas I Bandung melakukan kegiatan wawancara kepada staff Wilker Palabuhanratu terkait kasus probable Leptospirosis yang terjadi pada bulan Januari 2023. Dari 27 sampel ginjal tikus yang diperiksa, diperoleh hasil 13 diantaranya positif. Berdasarkan hasil positif ini, Wilker Palabuhanratu mengajukan surat ke loka labkesmas Pangandaran untuk dilakukan skrining leptospirosis terhadap masyarakat dermaga Palabuhanratu yang dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2024.

Dari 59 orang yang diperiksa didapatkan 4 orang positif Rapid Diagnostic Test (RDT), akan tetapi pada saat tim surveilans dari kantor induk turun ke lapangan untuk melakukan penyelidikan epidemiologi, hanya dapat dilakukan wawancara terhadap 3 orang. Sementara 1 orang lainnya lost ini profesi sebagai pedagang ikan, alamat dari form skrining dan keterangan sesama pedagangnya tidak sama.

Form yang digunakan untuk kegiatan ini berisi antara lain nama petugas pengisi formulir, tanggal penyelidikan, nama responden, jenis kelamin, alamat responden, no handphone, tanggal lahir responden, pendidikan responden, pekerjaan responden dan alamat tempat bekerja. Selain itu ada juga riwayat sakit seperti gejala umum, tanggal muncul gejala, komplikasi yang menyertai, kapan mendapatkan perawatan, dimana mendapat perawatan, obat apa saja yang diberikan dan bagaimana keadaan saat ini.

Kondisi lingkungan rumah juga tidak luput dari form yang digunakan. Data yang diambil adalah Apakah di rumah/ sekitar rumah ada yang sakit seperti yang dialami sekarang? kapan, Dua Minggu sebelum sakit di rumah dan lingkungan sekitar terjadi banjir/ banyak genangan air, berapa lama terjadi banjir, apakah di sekitar rumah banyak parit/ selokan/ kolam, dan bagaimana kondisinya, Apakah di rumah sering melihat tikus dan tanda-tanda keberadaan tikus, Apakah di rumah mempunyai binatang peliharaan/ ternak? binatang apa. Selain itu kondisi lingkungan kerja juga tidak luput dari pertanyaan, riwayat kontak faktor risiko, kebiasaan responden, Ketersediaan Bahan Pangan Terjangkau Tikus.

Setelah mengetahui berbagai gejala yang ditimbulkan apabila terpapar bakteri Leptospirosis, mengetahui tindakan pencegahan juga merupakan hal yang penting untuk diketahui, diantaranya adalah:

  1. Menggunakan sarung tangan dan sepatu boots saat membersihkan rumah/ selokan;
  2. Mencuci tangan dengan sabun setelah selesai beraktivitas.

Dengan mengetahui berbagai hal di atas, diharapkan masyarakat dapat bersiap dan berhati-hati terhadap penyakit penyerta banjir, seperti Leptospirosis. Segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala Leptospirosis seperti yang telah disebutkan diatas, agar bisa segera mendapatkan penanganan sedini mungkin dari para petugas kesehatan.

Narator: Abdul Latif dan Ayu Retno S.

advanced-floating-content-close-btn